Usia Glondor memang sudah tidak muda lagi, 60 tahun lebih. Tetapi semangat Glondor berkecimpung sebagai pemain ludruk tidak pernah luntur. Lincah geraknya dalam mementaskan tarian remo putra juga banyolan-banyolan dalam setiap lawakan seolah menutupi usia fisiknya yang tak muda lagi.
Ikut bergabung dengan Ludruk Suromenggolo sebagai ludruk tobongan yang menyelenggarakan pentas setiap malam barangkali menjadi sarana mewujudkan minat dan dedikasi kehidupannya bagi kesenian ludruk. Glondor tinggal di tobong Ludruk Suromenggolo, bersama kawan-kawan anggota Ludruk Suromenggolo yang setia tinggal di tobongan ludruk di mana pun tempat pentas sedang dijalani.
Diluar kegiatan mengikuti pentas setiap malam, pada waktu siang hari Glondor menjadi penjaga gethuk keliling. Dengan bersepeda, ia keliling kampung di sekitar lokasi tobongan ludruk untuk menjajakan gethuk yang diambil dari tempat kulakan jajanan gethuk di wilayah Sukorejo Ponorogo.
Koran Jawa Pos pernah mewawancarai Glondor dan menerbitkannya dalam tulisan tanggal 11 September 2016 berjudul "Setahun Pentas Dua Kali, Bertahan Hidup dari Jualan Getuk". Apa yang diberitakan di Koran Jawa Pos tersebut memang benar apa yang menjadi keseharian dijalani oleh Glondor di perkumpulan Ludruk Suromenggolo. Barangkali yang perlu ditegaskan adalah, yang dimaksud setahun pentas dua kali di berita tersebut adalah pentas teropan atau tanggapan yang diterima oleh Ludruk Suromenggolo.
Sebagai kelompok seni tobongan, hidup mati paguyuban ludruk bergantung kepada penghasilan dari penyelenggaraan pentas sehari-hari di gedong pertunjukan. Ludruk Suromenggolo menyelenggarakan pentas gedung pertunjukan setiap malam, kecuali terkendala hujan atau karena libur. Libur misalnya karena ada tetangga sebelah tobong yang sedang ada kedukaan atau sedang ada hajatan, libur pentas karena hari raya keagamaan.
Sebagai kelompok seni tobongan, hidup mati paguyuban ludruk bergantung kepada penghasilan dari penyelenggaraan pentas sehari-hari di gedong pertunjukan. Ludruk Suromenggolo menyelenggarakan pentas gedung pertunjukan setiap malam, kecuali terkendala hujan atau karena libur. Libur misalnya karena ada tetangga sebelah tobong yang sedang ada kedukaan atau sedang ada hajatan, libur pentas karena hari raya keagamaan.
0 komentar:
Posting Komentar