pramanaraga

Ludruk: Di Antara Tontonan dan Tuntunan

Masihkah seni ludruk menjadi tontonan dan sekaligus tuntunan? Ini agak susah dijawab. Mengapa? Setidaknya terdapat dua faktor utama yang berpengaruh, yaitu penonton dan penyaji seni pertunjukan ludruk itu sendiri.

Jelas, motivasi para penonton itu bermacam ragamnya. Itu sah-sah saja, karena seni pertunjukan ini memang terbuka bagi siapa saja yang mau menonton. Ada penonton yang masih serius, mereka merasa puas apabila pertunjukan ludruk itu komplit. Pemainnya oke, panjaknya oke, tata panggung dan tata suaranya oke. Urut-urutan pertunjukannya komplit, mulai dari gending-gending pembukaan, remo gaya putra, remo gaya putri, bedayan, lawakan, gending-gending manasuka, lakon, sampai akhir mengikuti gending penutup pertunjukan.

Ada yang menonton karena naksir tandak yang dandan cantik-cantik seksi semlohay layaknya perempuan beneran. Ada yang menonton karena pengen menghilangkan rasa jenuh dari pekerjaan sehari-hari. Ada yang menonton karena tugas sekolah atau kuliah untuk mengamati seni ludruk. Ada pula yang sekadar pengen dolan menikmati hiburan rakyat yang murah meriah dan yang kini semakin langka ini.

Dari sisi pemain juga terdapat aneka ragam latar belakang mereka menjadi pemain ludruk atau anggota kesenian ludruk. Ada yang serius berkesenian. Mereka memang mengembangkan bakat seni dari nol sampai menjadi seniman ludruk yang "jadi". Sebaliknya, ada yang tidak serius, yang penting dapat duit. Aneka ragam latar belakang itu nanti disajikan dalam tulisan terpisah.

Sebagai seni pertunjukan rakyat, para penonton atau penikmat setianya sebagian besar adalah rakyat kalangan bawah sampai menengah. Demikian pula para pelaku seni entah itu pemain, penabuh gamelan, sampai tenaga pendukung pertunjukan pada umumnya juga berasal dari kalangan masyarakat bawah dan menengah. Maka itu seni ludruk sampai kini tetaplah menjadi tontonan yang memiliki ikatan batin yang kuat antara penonton dan yang ditonton. Seni pertunjukan yang hidup karena antara panggung pentas dan penonton saling berinterasi secara hidup. Pentasnya bagus penonton puas manggut-manggut, pentasnya jelek kadang kala langsung disoraki bahkan diteriaki. Inilah sebenarnya sebuah simbiosis mutualisma antara penonton dan pemain.

Penonton mendapatkan hiburan yang disajikan para pemain ludruk. Penonton mendapatkan sajian gendhing-gendhing baik tembang klasik maupun campursari dari para pemain dan pengrawitnya. Penonton mendapatkan hiburan dari tarian bedayan, pentas remo, lawakan, lakon atau drama atau fragmen yang diperagakan, juga lantunan gending manasuka, sampai dengan irama dangdut dengan musik karaoke. Inilah tontonan yang disajikan dalam pertunjukan ludruk.

Penonton sejatinya juga menjadi penyokong keberlangsungan pemain untuk menyelenggarakan pentas ludruk tobongan. Diluar membayar tiket pertunjukan yang harganya murah meriah itu (saat ini Rp 4.000 per sekali pertunjukan), penonton memberikan saweran atas permintaan (request) tembang-tembang yang dibawakan dalam acara manasuka maupun pentas karaoke dangdut.

Secara perhitungan ekonomi, kehidupan ludruk tobongan memang sepenuhnya bergantung dari penonton yang mendukung lewat pembelian tiket dan saweran gending tersebut. Namun, diluar permasalahan hitungan ekonomi tersebut, greget dan kesetiaan penonton juga menjadi penyemangat bagi para pemain, pengrawit, dan pendukungnya dalam keberlangsungan pentas pertunjukan di suatu tobong ludruk.

Apakah tontonan ludruk pada saat ini masih menjadi tuntunan? Boleh dijawab ya atau tidak. Tetapi, dari pertunjukan yang disajikan dapat ditelisik bahwa unsur menjadi tuntunan itu masih tetap ada. Contoh riil: penonton masih bersemangat mendengarkan gending-gending sebelum pertunjukan dimulai. Mereka ikut merasa-rasakan laras gamelan yang ditabuh pengrawit. Mereka masih protes manakala Ada tetabuhan yang keliru atau lirik gending yang keliru ditembangkan. Itu artinya mereka para penonton masih menyimak "pakem" gendhing, lirik, dan tentu saja rasa-pangrasa yang didapatkan dari perpaduan tetabuhan dan narasi lirik gending itu.

Penonton masih setia mendengarkan tembang jula-juli dan terkadang tersenyum geeer, berteriak sampai dengan protes saat mendengarkan lawakan atau saat lakon atau fragmen diperankan. Penonton bergembira ria, ikut nembang, menjadi satu hati saat gending-gending manasuka disajikan. Ini hal-hal kecil yang dapat menjadi petunjuk bahwa tontonan kelas rakyat ini masih mampu menjadi tuntunan.

Seberapa besar tontonan ludruk mampu menjadi tuntunan? Ini sebuah pertanyaan sekaligus perenungan yang memerlukan pendalaman. Yang jelas, apa yang disajikan Ludruk Suromenggolo sampai saat ini masih diminati oleh para penonton dan penggemar setianya.

Sebaliknya, apakah tontonan yang disajikan atau sikap tindak-tanduk para pemain dan pendukungnya ada yang tidak layak menjadi tuntunan? Jujur, pelaku kesenian ludruk juga bukan manusia yang sempurna. Luput atau tindakan yang keliru pasti ada. Pasti ada perilaku dan tindak-tanduk yang tidak pas untuk menjadi tuntunan. Tetapi, hal-hal yang tidak pas itu pasti bukan gegayuhan dari keberadaan ludruk ini terus berupaya berjalan dan bertahan hidup.

About Ludruk Suromenggolo

1 komentar:

  1. Play free online casino games with no registration
    Free slots 제왕카지노 and casino games for fun without registration - Play real money slots 바카라 사이트 at Shoot'Em Casino without registration! Play online casino games How do I download and install the 바카라 사이트 free online casino games?What are the advantages of playing online casino games?

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.